Minggu, 10 November 2013

Pengolahan Lahan di Limbangan, Garut

Alhamdulillah kali ini Tim Tanak Alami mendapat kesempatan untuk memanfaatkan sebuah lahan di Limbangan, Garut tepatnya di Desa Cigawir Kecamatan Selaawi. Lahan yang akan kami manfaatkan adalah milik keluarga dari salah satu anggota Tanak Alami. Tanah seluas lebih kurang 3 tumbak ini dulunya sering dimanfaatkan untuk menanam palawija, namun sekarang tanah tersebut sudah cukup lama tidak digunakan. Kini, kami akan menggunakannya untuk mempelajari secara langsung gimana sih rasanya berkebun di lahan seluas ini? ^_^

Tentu saja sebelum dapat ditanami lahan tersebut harus dicangkul terlebih dahulu supaya gembur. Bermodalkan 1 buah cangkul saja tim yang bertugas mencangkul bekerja dengan semangat secara bergantian hingga tuntas. Memerlukan tenaga yang cukup ekstra karena lahan ini sudah cukup lama tidak digunakan sehingga tanahnya menjadi agak keras, dan kami lupa membasahinya terlebih dahulu. Pencangkulan dilakukan hingga tanah terbuka, artinya tanah bagian bawah dipindahkan ke atas permukaan tanah.

Sambil menunggu proses pencangkulan selesai, sebagian dari kami berangkat untuk mengambil Pupuk Organik Cair DZA (POC DZA) di salah satu rumah warga. Pupuk tersebut merupakan hasil dari praktek pembuatan POC DZA bersama dengan masyarakat Desa Cigawir. Pupuk yang telah difermentasikan selama 2 bulan lebih ini dibuka untuk kemudian diaduk. Aroma khas POC ini langsung menyerang indera penciuman orang-orang disekitarnya =)). Namun hal itu tidak mematahkan semangat kami, justru menantang kami untuk bertahan mengaduknya selama +-15 menit. Setelah diaduk pupuk tersebut kami kemasi untuk dibagikan kepada warga dan sebagiannya digunakan untuk menyuburkan lahan yang hendak kami pakai.

Untuk dapat digunakan POC DZA ini harus dicampurkan dengan air, maka dari itu kami membuat/memodifikasi saluran air di sekitar lahan agar dapat digunakan untuk mencampur pupuk juga mengairi lahan. Aliran air ini berasal dari saluran irigasi dipinggir lahan. Seperti bermain game, kami harus membuka jalan yang 1 dan menutup jalan yang lain agar air mengalir ke arah yang tepat. Kami juga harus membersihkan tanaman liar yang tumbuh di sekitar jalan air tersebut dan memperdalamnya supaya air dapat mengalir dengan baik. Serta dengan memanfaatkan bambu bekas kami membuat sebuah pancuran air.

Setelah lahan selesai dicangkul dan saluran air selesai dibuat tiba saatnya mencampurkan pupuk. Kami mencampurkan pupuk dengan air dalam ember kecil kemudian menyiramkannya ke lahan, begitu seterusnya hingga seluruh lahan yang telah dicangkul tersirami pupuk. Pemupukan lahan ini bermaksud untuk menyiapkan unsur hara dalam tanah agar siap saat ditanami nanti, maka dari itu lahan kami biarkan dulu selama beberapa hari sebelum ditanami.

 


"Perasaan senang meliputi kami selama kami bekerja. Kami gembira karena bagi kami khususnya saya hal ini merupakan sebuah pengalaman baru. Banyak pelajaran yang kami dapat dari bekerja langsung di ladang. Pelajaran tentang bagaimana cara bertani/berkebun, Teamwork, bahkan tentang kehidupan. Kami berharap kami semua dapat mengolah lahan ini dengan baik dan mendapatkan lebih banyak lagi pelajaran. Pelajaran-pelajaran semacam ini sangat bernilai bagi kami. Semoga anda pun senantiasa mendapatkan pelajaran-pelajaran yang bernilai ^_^ Salam Tanak Alami.."

Selasa, 06 Agustus 2013

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair DZA


Pada hari Kamis 1 Agustus 2013 Tanak Alami mengadakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair DZA bagi mereka yang tertarik untuk sama-sama mengenal lebih jauh tentang dunia Agraris. Pelatihan ini dihadiri oleh beberapa anak remaja dari berbagai komunitas yang peduli juga akan lingkungan. Semua peserta menjadikan ini sebagai sarana belajar dan langkah untuk bersama-sama melestarikan lingkungan.

Rangkaian kegiatan dari pelatihan kali ini adalah Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Pupuk. Pengumpulan Bahan berlangsung di Lembang di sekitaran kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Sedangkan Pembuatan Pupuk berlangsung di kediaman koordinator Tanak Alami yaitu di Jalan Cibuntu Timur No. 19.


Semua peserta bergegas berkumpul di pagi hari untuk berangkat mengumpulkan bahan dengan membawa peralatan yang lengkap. Perjalanan ke tempat pengumpulan bahan ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Bahan-bahan yang diperlukan tersebar di beberapa titik, seluruh peserta bersama-sama mendatangi titik-titik tersebut agar semua tahu secara jelas mengenai bahan-bahan yang akan digunakan.


Setelah semua bahan dirasa cukup, selanjutnya adalah proses pembuatan pupuk. Tanpa berlama-lama semuanya langsung menuju lokasi pembuatan. Proses ini terdiri dari beberapa tahap, yakni pencacahan, mixing, perendaman, penumbukan, dan fermentasi. Sebisa mungkin peserta mengikuti setiap tahapannya dengan melakukannya secara bergantian. Namun tahap fermentasi tidak memungkinkan untuk diikuti oleh para peserta.


Untuk bisa digunakan pupuk terlebih dahulu difermentasikan selama 30 hari dan diberi starter (bibit bakteri). Selama proses fermentasi ini pupuk diaduk setiap harinya dengan menggunakan tongkat kayu. Cara mengaduk pupuk ini haruslah diputarkan berlawanan arah jarum jam dan tidak boleh menggunakan mesin (manual). Proses ini bertujuan agar bakteri DZA mampu tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Fermentasi dan pengadukan diserahkan kepada tuan rumah hingga pupuk siap digunakan.



Langkah Tanak Alami dan para peserta tidaklah berhenti sampai pembuatan pupuk ini selesai. Namun kedepannya, pupuk yang sudah siap akan digunakan dengan membuat “Kebun Kecil” di halaman rumah para peserta. Sehingga semuanya akan mengetahui kualitas dan manfaat dari pupuk ini dengan mengujicobakannya secara langsung. Begitulah harapan kami semoga langkah kecil ini bisa membuat Indonesia kembali menjadi Negara Agraris dan memiliki Lingkungan yang bersih dari pencemaran. Salam Kelestarian Lingkungan dari Kami untuk Dunia.



Rabu, 09 Januari 2013

Tips menanam bawang merah


Pertama, tanah yang baik untuk bawang adalah tanah yang tidak terlalu basah, juga bukan tanah liat.
Sebelum menanam, tanah kebun kita perlu digarap dulu, tujuannya untuk mengurangi organisme yang kurang baik ^^

penggarapannya ada 2 tahap.
Tahap pertama, tanah dicangkul dengan kedalaman sampai 25 cm, terus didiamkan 15 hari
Tahap kedua, tanah yang sudah didiamkan 15 hari, dihancurkan bongkahannya sampai gembur.
Terus, atur jarak tanam, jarak antar bawang jangan kurang dari setengah jengkal, jangan lupa sambil diberi pupuk kompos / kandang, kira kira 2-3 genggam pupuk untuk 1 meter persegi lahan.
Satu hari sebelum menanam, tanah disiram agar bibit bawang tidak luka, kalau tanah sudah basah tidak perlu penyiraman lagi.

nah sekarang lahannya sudah siap tanam,

Bibit yang dipakai adalah umbi bawang merah yang sudah didiamkan, sehingga sudah nampak kehijauan dan calon tunas. Umbi bibit dipotong 1/3 bagian di ujungnya, agar muncul banyak anakan dan tunas. Tetapi jika ternyata busuk, tidak usah dilakukan pemotongan. Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan umbi bibit sampai rata dengan permukaan dengan tunas menghadap keatas. Terus, tutupi bibit bibit tadi dengan serasah daun kering atau jerami, agar terjaga dari sinar matahari langsung.

Perawatan.
Penyiraman dilakukan 2 hari sekali atau jika tanah mulai agak kering. Cabuti setiap gulma yang tumbuh. Jika menemukan hama, gunakan pestisida organik (nanti dibahas) secukupnya, jangan sampai mengenai si tanaman,

Panen dilakukan saat pangkal batang sudah lunak, umbi banyak berisi dan berwarna merah tua, daun tanaman mulai menguning dan terkulai. Biasanya panen di 70-90 hari sesudah hari pertama menanam.

selamat bertanam bawang merah !


Minggu, 06 Januari 2013

Mengatur Tempat Menanam



Tips menghindari hama dan penyakit tanaman secara alami dengan mengatur tempat menanam

Tanaman akan menjadi rentan terhadap hama jika satu kebun cuma ditanami satu jenis tanaman. Nah kalo tanamanya cuma satu jenis, hamanya bakal cepat berkembang biak. Ini bisa diakalin dengan cara menanam berselang seling seperti ini:
Misal saya nanem cabe sama singkong

Tampak atas kebun

Minimal diselang seling 2 jenis tanaman, tapi lebih bagus kalo menanam lebih dari 3 jenis, misal: singkong, cabe, tomat, talas di satu kebun dan diselang seling. Mungkin masih ada sedikit hama tapi tidak akan sebanyak kalo nanemnya tidak diselang seling.
Teori ini sih pada dasarnya cuma memisah misahkan hama jadi kelompok2 kecil. Kan hama singkong sama cabe beda. Kaya di hutan, kan tanamannya macem macem, makanya jarang hama, begitulah.

 
Copyright (c) 2010 TANAK ALAMI. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.